Senin, 17 November 2014

Cerita Horor dengan Suspen

SEPULUH SOSOK KECIL
“Ini rumah baru kita, Ma?” tanya suara mungil yang berlari mengejar mamanya yang sedang memindahkan barang-barang dari truk. “Iya sayang. Ini rumah baru kita. Kemarin Valenia bilang ingin mempunyai rumah didesa ‘kan?” tanya Asti, mamanya. Gadis mungil itu mengangguk senang. Dia berlari kesan-kemari melihat rumah, berkeliling bersama kedua saudaranya, Vian dan Vino. Valenia begitu bersemangat. Dia bertanya banyak hal kepada kedua kakaknya itu. Mama dan ayahnya sedang sibuk memindahkan barang-barang menuju dalam rumah dan menatanya beberapa.
******* *******
Malam itu di suasana baru, rumah baru dan kamar baru. Selesai makan malam, Asti mengantarkan ketiga anaknya menuju kamar tidur mereka. Vian di kamar pribaidnya sedangkan Vino bersama dengan Valenia dikamar satunya. “Bagaimana rasanya dirumah baru?” tanya Asti lembut. “Valenia suka. Udaranya sejuk, pemandangannya bagus, rumahnya juga besar, Ma. Apa lagi dibelakang ada tempat untuk Valenia bermain.” Asti tersenyum. “Valenia betah disini. Valenia suka rumah ini, Ma.” Celotehnya lagi. Asti merasa ada yang sedang mengawasinya. Ia beranjak dari tempat tidur Valenia menuju ke jendela di sudut kamar. Melihat keluar namun tidak terlihat apapun. Ia tutup kembali gordennya. “Ada apa, Ma?” tanya Valenia lugu. “Tidak ada, Sayang. Mama hanya melihat apakah jendela sudah ditutup atau belum. Valenia tidur ya. Kakak sudah tidur dari tadi.” Pinta Asti. “Tetapi Vale masih ingin bercerita banyak dengan Mama. Tidur nanti saja ya, Ma?” desak Valenia. “Valenia ceritanya besok saja. Besok juga seharian dengan Mama, ‘kan?” ujar Asti. “Tapi besok Vale akan bermain dengan teman-teman, Ma.” Rengeknya. Asti bingung. Teman-teman? Valenia sudah memiliki teman? “Sudahlah. Namanya juga anak-anak.” Pikirnya. “sudah ya, Sayang. Ini sudah malam. Vale harus tidur. Selamat malam, Vale. Mama sayang kamu.” setelah memberi kecupan dikening Valenia, Asti mematikan lampu dan keluar menuju kamarnya.
******* *******
Pukul 09:00, Vale berpamitan kepada mamanya untuk bermain dengan teman-temannya. “Kamu akan bermain dengan siapa, Vale? Sejak kapan kamu mempunyai teman disini?” tanya Asti curiga. “Sejak kemarin. Boleh ya, Ma? Vale ingin bermain.” Rengeknya. Setelah berpikir sejenak, Asti pun mengiyakan. “Yasudah. Kamu akan bermain dimana?” selidik Asti. “Hanya dibelakang rumah, Ma.” Jawab Valenia tenang dengan nada yan masih berharap. “Tetapi jangan jauh-jauh. Nanti waktu makan siang Vale pulang ya.” Pinta Asti. “Baik Mama. Vale sayang Mama.” Dengan naada gembira dan kemudian mengecup tangan mamanya lalu berlari kegirangan. Asti tersenyum dengan geleng kepala. Tetapi pikirannya masih merasa curiga dan bertanya-tanya.
******* ********
“Mama, Vale pulang. Lapar.” Rengeknya. “Pas sekali. Ini Mama sudah memasakkan Vale. Baru saja matang. Ayo sini makan.” Mereka berdua pun makan siang bersama. Tiba-tiba. . . . . . . . . . . suara pintu terbuka sangat kencang kemudian gagangnya dimainkan. Valenia masih asik makan dengan tenang. Astiberanjak perlahan dari kursi untuk melihat siapa dan ada apa. Jantungnya berdebar kencang. Ketika sampai diujung dapur, tiba-tiba muncul Vian yang berlari menju dan hampir menabraknya. Asti kaget bukan kepalang. “Mama kenapa?” tanya Vian bingung. “Tidak ada apa-apa.” Jawab Asti dengan masih tidak teratur nafasnya. Kemudian dia menenangkan diri perlahan. “Kamu kenapa sudah pulang?” tanya Asti. “Mama ini bagaimana? Ini sudah pukul 13:30, Ma. Aku selalu pulang pada waktu ini. Ada apa, Ma?” selidik Vian. “Setengah dua?” Asti melongok ke arah jam dinding dan memang benar. “Lalu mana Vino? Dia belum pulang?” tanya Asti. “Vino ada ekstrakulikuler basket, Ma. Dia pulang nanti pukul tiga.” Jawab Vian. “Mama, aku lapar.” Keluhnya. “Cuci tangan dan kaki dulu. Ganti baju kemudian. Setelah itu turun kemari. Mama sudah masak” pinta Asti. “Itu Valenia sedang makan.” Vian melakukan perintah mamanya yang sangat perhatian itu.
“Mama, Vale sudah selesai. Vale akan pergi bermain lagi.” Pintanya. “Hei. Ini waktunya tidur siang, Sayang. Ayo tidur dulu. Vale bermainnya besok lagi saja ya.” Kata Asti lembut. Valenia memasang wajah memelas, berharap mamanya mengijinkan. Asti mengerti kode dari Valenia, tetapi dia harus tetap tidur siang. Asti mendekatkan wajahnya ke wajah Valenia dan berbicara pelan. “Vale, jika besok ingin bermain silahkan, tidak apa-apa. Tetapi, sekarang waktunya tidur siang. Jika Vale tidak tidur siang, nanti malam Vale tidak dapat tidur nyenyak. Vale mau kan mematuhi pinta Mama?” Vale pun mengiyakan, mengangguk dengan wajah masih memelas.
******* ********
Sudah sebulan ini Valenia lebih sibuk bermain sendiri. Entah dia bermain dengan siapa. Asti tidak pernah menceritakan ini kepada suaminya ataupun Vian dan Vino, karena halini hanya terjadi ketika Valenia hanya berdua dirumah dengan Asti. Asi khawatir dengan peristiwa ini. Akhirnya, hari ini dia memustuskan untuk mengintai Valenia. Ketika Valenia berjalan keluar rumah menuju halaman belakang, Asti menuju ke jendela belakang rumah. Disana, Valenia hanya sendirian sedang duduk di ayunan. Sepuluh menit tidak terjadi sesuatu yang mencurigakan. Lima menit kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Valenia tiba-tiba seperti sedang berbicara dengan seseorang. Dia eperti sedang menggandeng seseorang, namun tidak ada orang lain selain Valenia disana. Asti ingin berlari keluar, tetapi dia mengurungkan niatnya. Dia ingin melihat apa yang selanjutnya akan terjadi. Valenia berjalan menuju semak-semak yang berada disisi kanan ayunan, tiba-tiba dia menghilang. Asti kaget bukan kepalang. Dia kemudian berlari mengejar Valenia. Asti berteriak memanggil Valenia dan mencarinya dimana tadi dia menghilang. Namun nihil hasilnya. Asti menangis tersedu-sedu dengan terus memanggil Valenia. Diapun berjalan masuk kerumah dengan lemas, dan pingsan didapur.
“Mama bangun. Mama kenapa? Jangan tinggalkan Vale, Ma. Ayo bangun.” Valenia menggoyang tubuh mamanya dengan menangis. Asti perlahan membuka mata, kemudian tersadar yang didepannya adalah Valenia. Asti langsung memeluknya erat dengan menangis. “Ada apa, Mama?”tanya gadis kecil itu polos. “Tidak ada apa-apa. Valenia mau berjanji sesuatu kepada Mama?” pinta Asti kepada Valenia. “Mau Mama. Janji apa?” jawab Valenia tertarik. “Valenia harus berjanji kepada Mama, Valenia tidak akan pernah lagi bermain dibelakang rumah. Mama mohon. Vale sudah berjanji tadi kepada Mama.” Valenia hanya bisa diam. Kemudian menganguk lemas. Asti memeluk Valenia sangat erat disertai hujanan air matanya. Valenia membalas pelukan itu.
******* *******

Biografi

BIOGRAFI DANDI HERMAWAN
“Bagaimana perjalanan hidupmu, Dan?” tanyaku ditengah perbincangan kami. “Maksudnya bagaimana, Kak?” tanyanya kembali padaku. “Ya maksudnya bagaimana dulu kamu disekolah dasar, SMP, dan SMA ini? Seperti prestasimu, pengalaman-pengalaman dan semacamnya.” jelasku perlahan. “Oh begitu. Begini, Kak. Dulu masa sd kuhabiskan di SD 2 Campurejo dekat rumahku. Selama masa itu, aku pernah mengikuti LCC tingkat kecamatan dan mengikuti lomba seni rupa tingkat kecamatan dengan membawa pulang tropi juara tiga.” Jawabnya. “Wah, masih kecil sudah berprestasi.” Sanjungku. “Jika diniati pasti bisa, Kak.” Tegasnya. “benar. Lalu bagaimana selanjutnya?” lanjutku. “Pada masa smp kuhabiskan di SMP 2 Boja yag jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku dan sdku. Pada masa ini, aku mengikuti banyak sekali kegiatan perlombaan. Pramuka pada acara WSC di UNNES Semarang tingkat provinsi, siswa teladan tingkat kabupaten di Kendal, lomba macapat tingkat kabupaten, olimpiade fisika tingkat provinsi, menjadi komandan pada saat paskibra di Kendal tingkat kabupaten dan menyandang juara dua pada lomba pramuka kategori ketrampilan dan kreativitas di SMK 3 Kendal tingkat kabupaten. Lomba sebanyak itu hanya mendapat satu juara, bukanlah sebuah masalah. Mungkin aku kurang maksimal waktu itu. Dijadikan pengalaman dan pelajaran saja, Kak.” Jelasnya panjang lebar.aku hanya diam menamati dan mendengarkan dia bercerita tanpa ku sela satu patah kata pun. Setelh dia benar-benar sudah berhenti, baruah aku berkomentar. “Hebat sekali kamu, Dan. Mengikuti lomba sebanyak itu. Lalu, bagaimana dengan organisasi yang pernah kamu ikuti?” tanyaku lagi. Dengan tanpa ekspresi lelah sedikitpun, dia kembali bercerita kepadaku. “Pada masa smp aku mengikuti OSIS, Pramuka, dan Paskibra. Di OSIS aku diangkat sebagai bendahara dua, di Paskibra aku diangkat sebagai ketua umum dan di Pramuka aku diangkat sebagai ajudan pembina.” Sebelum dia selesai bercerita, aku menyela. “ Dan, apa kamu tidak terganggu? Apakah waktu belajar kamu tidak bertabrakan atau bermasalah dengan kegiatan-kegiatan dari organisa yang kamu ikuti?” tanyaku. “Tidak, Kak. Haru pintar mengatur waktu. Biasanya kagiatan harian dari masing-masing organisasi berakhir pada pukul 16:00 WIB, sehingga aku masih dapat belajar dan mengerjakan tugas dimalam hari.” Ujarnya. “Wah, benar-benar hebat kamu. lalu apa motivasi belajar kamu?” tanyaku lagi untuk yang kesekian kali. “soal motivasi belajar, aku hanya ingin memberikan yang terbaik bagi nusa dan bangsa sehingga aku dapat membuat ayah dan ibu bangga. Meskipun ibu telah tiada, aku tetap ingin membuktikan siapa Dandi, anak ibu yang sebenarnya.” Tegasnya. Mendengar cerita bahwa ibunya telah tiada, aku menjadi ikut bersedih. “Aku turut berduka cita atas meninggalnya ibumu, Dan. Semoga amal ibadahnya diterima disisi Tuhan. Amin.” Kataku lirih. “Amin, terima kasih Kak. Tidak apa-apa, sekarang aku telah menjadi Dandi yang kuat. Yang penting aku masih memiliki semangat belajar dan bekerja keras yang kuat.” Katanya yakin. “Sungguh tegar. Ingin aku memiliki banyak prestasi sepertimu. Terima kasih, Dan.” Kukatakan dengan menatapnya tajam. “Sama-sama, Kak. Ini belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang telah ayah dan ibu berikan kepadaku.
Penjelasan panjangnya cukup membuatku bersemangat untuk terus belajar dan berprestasi. Sungguh seseorang yang luar biasa.

Minggu, 18 Mei 2014

opera operet fabel parabel

Opera adalah seni acting dengan dialog yang dinyanyikan.
operet adalah sebi acting dengan dialog dituturkan dan dengan iringan musik.
fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang.
Parabel adalah dongeng yang ceritanya mengandung nilai-nilai pendidikan atau cerita pendek dan sederhana yang mengandung ibarat atau hikmah sebagai pedoman hidup.

Sabtu, 12 April 2014

ERAMAN SUAR

Purnama tertanggal
Semut terdiam
Tiada hasrat untuk singgah
96 bulan tiada lelah
Menanti purnama bersua
Tiada tanda-tanda
Ingin bersinggah, hanya resah
Bintang berkelana
Dahulu menyua kesana
Mewartakan kedatangannya
Semut hanya mencicit
Mengubur nestapa

Sabtu, 29 Maret 2014

TANAH SURGA katanya



TANAH SURGA katanya
Sebuah film yang yang memuat tentang betapa tragis negeri ini dan nasionalisme terhadap negeri ini.
Film ini menceritakan bahwa di daerah perbatasan Indonesia sangat jauh dari perawatan oleh pemerintah. Tempat tinggal mereka tidak layak, pendidikan mereka sangat memprihatinkan, akses untuk ke daerah lain sangat sulit harus menggunakan sampan untuk bisa sampai di kota besar, bahkan didesa mereka belum sepenuhnya menikmati aliran listrik. Indonesia tanah surga katanya ternyata tidak sesungguhnya tanah surga. Seperti yang ada dalam puisi yang terdapat pada film tersebut.
TANAH SURGA
Bukan lautan hanya kolam susu, katanya
Tapi kata kakekku hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu
Kail dan jala cukup menghidupimu, katanya
Tapi kata kakekku, ikan-ikan kita dicuri oleh banyak negara
Tiada badai tiada topan kau temui, katanya
Tapi kenapa ayahku tertiup angin ke Malaysia
Ikan dan udang menghampiri dirimu, katanya
Tapi kata kakek, awas! Ada udang di balik batu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, katanya
Tapi kata dokter intel, belum semua rakyatnya sejahtera
Banyak pejabat yang menjual batu dan kayu
Untuk surganya sendiri
Betapa tragis negeri ini. Namun meski anak-anak yang ada pada cerita tersebut tinggal di perbatasan, mereka tetap memiliki jiwa nasionalisme. Sebuah tantangan bagi mereka untuk tetap mempertahankan nasionalisme mereka.
Apapun yang terjadi, jangan sampai kehilangan cinta pada negeri ini.




Nilai yang terdapat dalam film ‘TANAH SURGA KATANYA’ adalah pemerintah Indonesia belum sepenuhnya menjalankan perannya dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Tidak ada kepedulian untuk negeri ini didaerah perbatasan. Bahkan harga diri Indonesia terinjak-injak di negeri sana. Begitu tragis kisah negeri ini. Mereka yang berada diperbatasan berjuang agar rasa cinta mereka terhadap negeri akan beradhesi kukuh dan berkobar dalam dada mereka.

Tujuan yang terdapat dalam film ‘TANAH SURGA KATANYA’ adalah agar pemerintah peduli dengan mereka yang tinggal didaerah perbatasan juga peduli terhadap masa depan dan harga diri negeri ini. Tujuan lain yang terdapat dalam film tersebut adalah meski pun mereka tinggal di perbatasan dan jauh dari kepedulian pemerintah mereka harus tetap mengadhesi kan cinta mereka kepad negeri ini. Karena bagaimanapun juga negeri ini adlah tanah air kita.

Selasa, 25 Maret 2014

Dilema

Perlukah kusebak eraman suar
Untuk membebaskan raga
Dari kebusukan
    Raga tak teguh
    Mengendap madu dalam cawan
    Setali tiga uang
    Dengan munafik pada diri
Puncak kearifan diri lantah
Berganti olokan para merpati
Yang katanya tak sama lagi
    Adakah cara lain
    Untuk menjadi lain
    Agar tiada lagi janggal
Gugusan kekesalan kadang ada
Membawa bara
Eraman suar menyua
Matikan bara

Adolesen Negeri

Rasio ini agal, mungkin
Dijejali kemutakhiran peradaan
Fatua orang tua mulai tak mempan
Malahan menjadi bumerang
    Usaha menguakkan peradaban silam
    Ternyata sia-sia
    Entah racun apa
   Yang dijejalkan untuk adolesen anak sekarang
Orang tua prihatin
Berkesah tiada pasti
Batinnya perih
Melihat fenomena penjejalan
   Patron telah terperosok
   Kobaran fatua mereka berlalu angin
   Pun menjadi bumerang
Guratan kitab hanya menjadi hiasan
Tanpa ada pengamalan
Mereka berkeluh
    Sogokan pendidikan hanya keterpaksaan
    Bukan minat pula niat
    Duduk mendengarkan, namun
    Memaki
  

Kamis, 06 Maret 2014

Sartika



Sartika termenung di beranda
Menatap pelataran barunya
Puluhan orang berkelebat
Tanpa kata halo terucap
            Dimanakah pelangimu dulu
            Ketika tiada sepi dalam keramaian
            Bertamunya sinar rembulan
            Dikegelapan malam
Adzan berkumandang
Bocah-bocah berlomba kesurau
Ia melangkah kepadasan
Menikmati suci tetes bening
Yang membelai kulitnya
            Dimanakah kirlapanmu dulu
            Begitu dekat raja dan rakyat
            Begitu dalam rakyat menghamba
            Dan betapa terpandangnya dirimu
Kerinduan mendalam Sartika
Tak pernah ada obatnya
Haruskah dia memutar waktu
Atau mencuci otaknya dengan fenomena kini
            Dalam sajak ia bercerita
            Adakah yang peduli
            Dia hidup berdampingan
            Bagai sebatang kara
Sartika merintih
Mengapa dirimu tak seperti dulu
Ragamu telah penuh kepalsuan
Dan keporandaan
            Dirimu semakin lemah
            Pujian-pujian semakin tersudut
            Bukti nihil kata
            Dua miliyar lebih menjunjung pujian
Sartika semakin miris
Apa yang bisa diperbuatnya
Air mata bersih tiada sisa
Berkesah tiada tara

Sisi Negeri



Di balik batas pencakar langit
Di arena gedung bertingkat
Mereka sedang menghamba harta dan kekuasaan
Sebagai kemuliaan sosial baru
            Menggembar-gemborkan gula suguhan
            Yang tak kunjung direalisasikan
            Semanis madu dalam ucap
            Sesedap gula dalam kecap
            Yang tersaji hanyalah tuba
Di balik batas pencakar langit
Di arena sawah hijau membentang
Mereka menjunjung etika
            Bocah berlomba ke surau
            Titik bening mengucur kepadasan
            Mengemasi baki yang diantar anaknya
            Memungut cangkul dari habitatnya
Di ufuk timur, biasnya masih enggan mengintip
Mereka kembali melangkah
Menuju padasan membelai kulit mereka
            Suara bedug bergema
            Surau penuh sesak
            Tiada tercipta sela
            Untuk mereka bercanda
Bias ufuk timur mulai merangkak naik
Mereka ternyata menanggalkan cangkul
Memungut sapu lidi dan sapu ijuk
Berjajar di tepi jalan
            Rasio mereka mengafdalkan etika
            Peradaban lampau masih tersisa
            Bukan adinterim, melainkan
            Beradhesi kukuh di sisi negeri ini
Dibalik metafor zaman yang membusuk
Peradaban adiluhung masih menyeruak
Meski di tepi hati mereka masygul
Perlahan merangkak menyambut pelangi

Kamis, 20 Februari 2014

TENTANG TEATER DAN DRAMA

SEJARAH DRAMA
Membicarakan drama tidak akan lengkap bila tidak mengenal sejarah drama itu sendiri. Sebagaimana bentuk karya lainnya, drama terlahir melalui proses kreativitas yang cukup panjang. Sejak berabad-abad, para penggiat drama terus melakukan eksplorasi hingga melahirkan berbagai jenis dan bentuk pementasan drama. Meskipun waktu dan tempat pertunjukan drama yang pertama kali dimulai tidak diketahui secara pasti, namun teori tentang asal mulanya bisa ditelusuri berdasarkan hal-hal berikut:
-       Drama berasal dari upacara agama primitif. Proses ritual yang semula hanya berisi puji-pujian serta gerak yang sederhana mulai ditambahi dengan unsur cerita hingga berkembang menjadi pertunjukkan drama.
-       Drama berasal dari nyayian untuk menghormati seorang pahlawan di kuburannya. Dalam prosesnya, seseorang akan mengisahkan riwayat hidup sang pahlawan dengan penuh ekspresi penghayatan. Karena adanya respon dari para penontonnya, riwayat tersebut disampaikan sambil diperagakan dalam bentuk pertunjukkan drama.
-       Drama berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita baik tentang kisah perburuan, kepahlawanan, perang, maupun kisah-kisah lainnya. Dengan segala kreatifitasnya, manusia kemudian memanggungkan cerita itu ke atas pentas drama. http://teater-damar.blogspot.com/2012/08/mengenal-sejarah-drama_4401.html
SEJARAH TEATER
 
Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia
mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga
berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam
semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh
berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia
dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal
dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan
kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku
binatang buruannya. Setelah selesai melakukan perburuan, mereka mengadakan ritual atau upacara-upacara sebagai bentuk “rasa syukur” mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta semesta. Ada
juga yang menyebutkan sejarah teater dimulai dari Mesir pada 4000 SM dengan upacara pemujaan dewa Dionisus. Tata cara upacara ini kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk
dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan
istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti
lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata drama juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani
Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama ’lebih identik sebagai teks atau naskah atau
lakon atau karya sastra. http://alirans.blogspot.com/p/sejarah-seni-teater.html
PERBEDAAN TEATER DENGAN DRAMA
Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata yunanikuno "theatron" yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai 'dran' yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf denagn jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama. http://teaterlimawajah.blogspot.com/2012/06/perbedaan-teater-dengan-drama.html

Unsur-unsur Teater dan Drama


            Teater merupakan kombinasi dari semua unsur internal pemintasan dan unsur eksternal pemintasan yang dalam hal ini harus menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan suatu pemintasan yang benar-benar baik:
  1. Unsur internal Teater
  1. Aktor
Aktor merupakan penunjang utama dalam teater. Dan aktor juga menghasilkan beberapa unsur diantaranya, unsur gerak dan suara.
  1. Naskah
Naskah atau bisa disebut lakon dalam teater juga merupakan penunjang yang melahirkan berbagai unsur-unsur yang ada yaitu, aktor, pentas, sutradara, dan kostum.
  1. Pentas
Pentas merupakan salah satu unsur yang menghadirkan keestetikan sebuah pertunjukan, karena pentas merupakan juga menghadirkan unsur penunjang yang di dalamnya ada property, tata lampu, dan alat-alat yang lain yang berkenaan dengan pentas.
  1. Sutradara
Sutradara merupakan unsur yang mengarahkan semua unsur dalam sebuah seni pertunjukan. Mengarahkan seorang aktor, membedah naskah, melahirkan ide-ide tentang pentas yang mau digunakan.
  1. Kostum
Kostum adalah unsur penunjang yang membuat seorang aktor bisa kelihatan membawan wataknya yang bagaimana.
Unsur internal tersebut menyangkut bagaimana didalam pemintasan tersebut, karena bisa dikatakan unsur internal merupakan hatinya teater, bila tidak ada unsur internal tidak akan tercipta suatu pemintasan. Tetapi perlu perlu diketahui pula unsur internal tidak akan bisa berjalan tanpa unsur eksternal.
  1. Unsur Eksternal Teater
Unsur eksternal yaitu mengurus segala yang berkenaan dengan di luar pemintasan. Yaitu staf produksi, karena staf produksilah yang melakukan segala perlengkapan yang menyangkut pemintasan.
  1. Staf Produksi
Staf produksi menyangkut manager tingkat produser atau pimpinan produksi sampai segala bagian dibwahnya (Tjokroatmojo dkk ). Adapun tugas masing-masing:
  1. Produser/ pimpinan produksi
a.       Mengurus produksi secara keseluruhan
b.      Menetapkan personal (petugas), angran biaya, program kerja fasilitas dan sebagainya.
  1. Derektor/ sutradara
a.       Pembawa naskah
b.      Koordinator pelaksanaan pementasan
c.       Menyiapkan aktor
  1. Stage manager
a.       Pemimpin panggung
b.      Membantu sutradara
  1. Desainer
Menyiapkan aspek-aspek visual:
a.       Setting (tempat, suasana)
b.      Property (perlengkapan pentas)
c.       Lighting (tata lampu)
d.      Costume (tata busana)
e.       Sound (pengeras suara)
  1. Crew
a.       Bagian pentas
b.      Bagian tata lampu
c.       Bagian perlengkapan
            d.      Bagian tata suara musik 
http://dafikurrahman-mashor.blogspot.com/2012/05/unsur-unsur-teater-dan-drama.html
HAL-HAL YANG PERLU DISIAPKAN OLEH SEORANG PEMAIN SEBELUM PEMENTASAN DRAMA
- Olah vocal atau melatih intonasi
- Mencoba mendalami peran
- Membaca kembali naskah
- Melatih gerak tubuh

Senin, 13 Januari 2014

PELAJARAN



Tayangan di proyektor pagi itu
Seakan mencuatkan arti
Arti yang tampak namun tak tampak
Guratan indah ayat-ayat Tuhan
Kelap kelip proyektor
Seakan mengatakan sesuatu

Play Station



Semua terserah pengendali
Jika pengendali inginkan player untuk maju
Maka sesuai
Tak lagi terlihat di layar
Namun dihamparan rerumputan
Pepohonan, dan bangunan
Stick Play Station pun kembali dimainkan
Jalan sana jalan sini
Lompat sana lompat sini
Jatuh sana jatuh sini
Pengendali yang pintar akan kuasai permainan
Namun pengendali biasa pun sama
Player tak dapat berbuat apapun
Karena pengontrol ada di tangan pengendali
Dan player akan terus lakukan apa yang pengendali mau
Akankah terus berlanjut?????????

SAJAK A A



Embun usil menggelitik raga
Segar dalam jiwa
Hati riang wajah gembira
Bersenang ria tanpa duka
Pancoran mata penuh irama
Berpijar bahak disetiap ujung bibir
Menggambarkan suasana hati pagi ini
Pagi disaat mentari tersenyum
Kusapa ia sembari burung bernyanyi

Bangkai yang terdeteksi



Suasana kelas tampak tenang dan terkendali, semua masih dengan tenang duduk di bangku mereka masing – masing dan mendengarkan penjelasan guru, hingga terdengar microfon diketuk dari tengah pengeras suara yang tertempel tepat ditengah atas dari pandangan anak-anak.
Sekilas suara “ehem” keluar dari pengeras suara tersebut. “Henry” begitu ia sering di panggil mengenali suara itu. Suasana hatinya tak lagi setenang beberapa menit lalu. Tubuhnya. Tubuhnya gugup dan tegang begitu mendengar suara dari pengeras suara tersebut yang seakan memberi suatu pengumuman. Ia semakin tegang ketika pengumuman tersebut adalah pengumuan pemanggilan siswa. Dan ketegangannya memuncak ketika ternyata ialah orang yang disebut.
“Dimohon kepada ananda Henry suswanto untuk datang ke ruang BP pada saat istirahat pertama,Terima kasih.” Begitu kata terakhir si pemegang microfon tersebut. Nyalinya menciut,menciut sekecil mungkin,semungil mungkin. Tuhan! Rasanya ingin berteriak,namun semua tertahan,pikir Henry.
Apakah benar si pemegang microfon itu sudah tau akan kelakuannya tempo hari. Habislah aku. Pikir Henry canggung. “What should I do?”, lanjutnya. Ia benar-benar takut berhadapan dengan hal ini. Ia ingin membuang hal ini jauh-jauh dari pikirannya. Namun entah mengapa,semakin mendalam saja ingatanya akan ini.
*** ***
Oh Tuhan, selamatkan aku. Pikirnya lega. Pada saat istirahat pertama, ia penuhi panggilan itu. Dengan gemetar dan peluh di sana sini, ia berjalan menyusuri lorong sekolah yang ramai menuju ruang BP. Diketuknya dengan kikuk pintu bercat coklat itu,dan tanggapan dari dalampun muncul.
“Silahkan masuk!” Henry membuka pintu dan melangkah masuk bersama sekantong penuh keraguannya. Senyum simpul kecil dibibir guru ini, seakan berkata selamat datang. “Silahkan duduk!” utusnya. Henry duduk dengan berat hati. Ia menggigit bibir bawahnya, ia benar-benar takut. Setelah semua pikiran-pikirannya seakan menjadi badai di otaknya. Guru tersebut pun buka mulut.”Henry Suswanto,kemana orang tuamu?” tanya sang guru.”...em..mmm...orang tua..saya..bekerja,bu.”jawab Henry dengan gugup. ”Apa pekerjaan orang tuamu?”lanjut guru itu.” A...ayah kuli bangunan,Ibu....seorang buruh pabrik bu.”tukas Henry. Apa sebenarnya mau guru ini?,pikir Henry. “Jadi,itu sebabnya mereka tidak mengambil raport mu hingga saat ini?”sambung guru itu. ” Iya bu,beliau berdua tidak bisa meninggalkan pekerjaan.Agar uang hasil tidak hilang.”jawab Henry dengan lirih dan mata yang berkaca-kaca.Guru itu mengerti. Lalu,raport itu diserahkan kepada Henry dan guru itu bangga padanya,karena nilai Henry cukup memuaskan. Henry pun keuar dengan wajah lega.
*** ***
Bel tanda pulang sekolahpun berbunyi,semua anak berhamburan keluar kelas untuk pulang. Lia, teman Henry menanyakan pertemuan tadi  antara Henry dengan guru itu. ” Tidak ada yang perlu ditakutkan untuk saat ini”,tukas Henry. Lia merasa lega,namun ia takut kejadian tempo hari terungkap real and common,bagaimana nasib Henry nanti?. Karena tempo hari ada yang melihat kejadian itu. Kejadian yang buruk itu.”Oh Tuhan, lindungi Henry. Selamatkan ia, jika engkau ingin mengungkap perkara ini,ungkaplah dengan baik. Buatlah mereka mengerti akan penjelasan dari perkara ini.”doa si Lia.
Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari pun berlalu. Masalah Henry makin rumit saja dengan datangnya peneror misterius. Peneror ini tiap hari melayangkan surat kepada Henry, yang isinya adalah ancaman. Lia hanya bisa menghibur Henry. Andai Henry tau siapa peneror itu, pasti ia akan datanginya dan jelaskan semua. Namun,terjadikah??
*** ***
MAAFKAN AKU IBU !!
Hari itu,peneror itu akan mengungkap identitasnya. Henry penuhi undangan peneror itu. Begitu tau siapa dia, tenggorokan Henry serasa tercekat,dadanya terasa sesak, kepalanya tiba-tiba terasa tertimpa benda berat. Henry berusaha menjelaskan masalahnya, namun peneror itu tak mau tahu. TINDAKAN = TANGGUNG JAWAB ! tegas peneror. Henry hanya bisa diam. Hari itu juga,semua terbongkar. Sang korban hanya dapat membendung tangis. Dan Henry pun menyesal. Timbal dari tindakannya itu, ia harus kembalikan itu sesuai awalnya.