Di balik batas
pencakar langit
Di arena gedung
bertingkat
Mereka sedang
menghamba harta dan kekuasaan
Sebagai kemuliaan
sosial baru
Menggembar-gemborkan gula suguhan
Yang tak kunjung direalisasikan
Semanis madu dalam ucap
Sesedap gula dalam kecap
Yang tersaji hanyalah tuba
Di balik batas
pencakar langit
Di arena sawah hijau
membentang
Mereka menjunjung
etika
Bocah berlomba ke surau
Titik bening mengucur kepadasan
Mengemasi baki yang diantar anaknya
Memungut cangkul dari habitatnya
Di ufuk timur, biasnya
masih enggan mengintip
Mereka kembali
melangkah
Menuju padasan membelai
kulit mereka
Suara bedug bergema
Surau penuh sesak
Tiada tercipta sela
Untuk mereka bercanda
Bias ufuk timur mulai
merangkak naik
Mereka ternyata
menanggalkan cangkul
Memungut sapu lidi
dan sapu ijuk
Berjajar di tepi
jalan
Rasio mereka mengafdalkan etika
Peradaban lampau masih tersisa
Bukan adinterim, melainkan
Beradhesi kukuh di sisi negeri ini
Dibalik metafor zaman
yang membusuk
Peradaban adiluhung
masih menyeruak
Meski di tepi hati
mereka masygul
Perlahan merangkak
menyambut pelangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar