Kamis, 06 Maret 2014

Sisi Negeri



Di balik batas pencakar langit
Di arena gedung bertingkat
Mereka sedang menghamba harta dan kekuasaan
Sebagai kemuliaan sosial baru
            Menggembar-gemborkan gula suguhan
            Yang tak kunjung direalisasikan
            Semanis madu dalam ucap
            Sesedap gula dalam kecap
            Yang tersaji hanyalah tuba
Di balik batas pencakar langit
Di arena sawah hijau membentang
Mereka menjunjung etika
            Bocah berlomba ke surau
            Titik bening mengucur kepadasan
            Mengemasi baki yang diantar anaknya
            Memungut cangkul dari habitatnya
Di ufuk timur, biasnya masih enggan mengintip
Mereka kembali melangkah
Menuju padasan membelai kulit mereka
            Suara bedug bergema
            Surau penuh sesak
            Tiada tercipta sela
            Untuk mereka bercanda
Bias ufuk timur mulai merangkak naik
Mereka ternyata menanggalkan cangkul
Memungut sapu lidi dan sapu ijuk
Berjajar di tepi jalan
            Rasio mereka mengafdalkan etika
            Peradaban lampau masih tersisa
            Bukan adinterim, melainkan
            Beradhesi kukuh di sisi negeri ini
Dibalik metafor zaman yang membusuk
Peradaban adiluhung masih menyeruak
Meski di tepi hati mereka masygul
Perlahan merangkak menyambut pelangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar