Senin, 13 Januari 2014

PELAJARAN



Tayangan di proyektor pagi itu
Seakan mencuatkan arti
Arti yang tampak namun tak tampak
Guratan indah ayat-ayat Tuhan
Kelap kelip proyektor
Seakan mengatakan sesuatu

Play Station



Semua terserah pengendali
Jika pengendali inginkan player untuk maju
Maka sesuai
Tak lagi terlihat di layar
Namun dihamparan rerumputan
Pepohonan, dan bangunan
Stick Play Station pun kembali dimainkan
Jalan sana jalan sini
Lompat sana lompat sini
Jatuh sana jatuh sini
Pengendali yang pintar akan kuasai permainan
Namun pengendali biasa pun sama
Player tak dapat berbuat apapun
Karena pengontrol ada di tangan pengendali
Dan player akan terus lakukan apa yang pengendali mau
Akankah terus berlanjut?????????

SAJAK A A



Embun usil menggelitik raga
Segar dalam jiwa
Hati riang wajah gembira
Bersenang ria tanpa duka
Pancoran mata penuh irama
Berpijar bahak disetiap ujung bibir
Menggambarkan suasana hati pagi ini
Pagi disaat mentari tersenyum
Kusapa ia sembari burung bernyanyi

Bangkai yang terdeteksi



Suasana kelas tampak tenang dan terkendali, semua masih dengan tenang duduk di bangku mereka masing – masing dan mendengarkan penjelasan guru, hingga terdengar microfon diketuk dari tengah pengeras suara yang tertempel tepat ditengah atas dari pandangan anak-anak.
Sekilas suara “ehem” keluar dari pengeras suara tersebut. “Henry” begitu ia sering di panggil mengenali suara itu. Suasana hatinya tak lagi setenang beberapa menit lalu. Tubuhnya. Tubuhnya gugup dan tegang begitu mendengar suara dari pengeras suara tersebut yang seakan memberi suatu pengumuman. Ia semakin tegang ketika pengumuman tersebut adalah pengumuan pemanggilan siswa. Dan ketegangannya memuncak ketika ternyata ialah orang yang disebut.
“Dimohon kepada ananda Henry suswanto untuk datang ke ruang BP pada saat istirahat pertama,Terima kasih.” Begitu kata terakhir si pemegang microfon tersebut. Nyalinya menciut,menciut sekecil mungkin,semungil mungkin. Tuhan! Rasanya ingin berteriak,namun semua tertahan,pikir Henry.
Apakah benar si pemegang microfon itu sudah tau akan kelakuannya tempo hari. Habislah aku. Pikir Henry canggung. “What should I do?”, lanjutnya. Ia benar-benar takut berhadapan dengan hal ini. Ia ingin membuang hal ini jauh-jauh dari pikirannya. Namun entah mengapa,semakin mendalam saja ingatanya akan ini.
*** ***
Oh Tuhan, selamatkan aku. Pikirnya lega. Pada saat istirahat pertama, ia penuhi panggilan itu. Dengan gemetar dan peluh di sana sini, ia berjalan menyusuri lorong sekolah yang ramai menuju ruang BP. Diketuknya dengan kikuk pintu bercat coklat itu,dan tanggapan dari dalampun muncul.
“Silahkan masuk!” Henry membuka pintu dan melangkah masuk bersama sekantong penuh keraguannya. Senyum simpul kecil dibibir guru ini, seakan berkata selamat datang. “Silahkan duduk!” utusnya. Henry duduk dengan berat hati. Ia menggigit bibir bawahnya, ia benar-benar takut. Setelah semua pikiran-pikirannya seakan menjadi badai di otaknya. Guru tersebut pun buka mulut.”Henry Suswanto,kemana orang tuamu?” tanya sang guru.”...em..mmm...orang tua..saya..bekerja,bu.”jawab Henry dengan gugup. ”Apa pekerjaan orang tuamu?”lanjut guru itu.” A...ayah kuli bangunan,Ibu....seorang buruh pabrik bu.”tukas Henry. Apa sebenarnya mau guru ini?,pikir Henry. “Jadi,itu sebabnya mereka tidak mengambil raport mu hingga saat ini?”sambung guru itu. ” Iya bu,beliau berdua tidak bisa meninggalkan pekerjaan.Agar uang hasil tidak hilang.”jawab Henry dengan lirih dan mata yang berkaca-kaca.Guru itu mengerti. Lalu,raport itu diserahkan kepada Henry dan guru itu bangga padanya,karena nilai Henry cukup memuaskan. Henry pun keuar dengan wajah lega.
*** ***
Bel tanda pulang sekolahpun berbunyi,semua anak berhamburan keluar kelas untuk pulang. Lia, teman Henry menanyakan pertemuan tadi  antara Henry dengan guru itu. ” Tidak ada yang perlu ditakutkan untuk saat ini”,tukas Henry. Lia merasa lega,namun ia takut kejadian tempo hari terungkap real and common,bagaimana nasib Henry nanti?. Karena tempo hari ada yang melihat kejadian itu. Kejadian yang buruk itu.”Oh Tuhan, lindungi Henry. Selamatkan ia, jika engkau ingin mengungkap perkara ini,ungkaplah dengan baik. Buatlah mereka mengerti akan penjelasan dari perkara ini.”doa si Lia.
Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari pun berlalu. Masalah Henry makin rumit saja dengan datangnya peneror misterius. Peneror ini tiap hari melayangkan surat kepada Henry, yang isinya adalah ancaman. Lia hanya bisa menghibur Henry. Andai Henry tau siapa peneror itu, pasti ia akan datanginya dan jelaskan semua. Namun,terjadikah??
*** ***
MAAFKAN AKU IBU !!
Hari itu,peneror itu akan mengungkap identitasnya. Henry penuhi undangan peneror itu. Begitu tau siapa dia, tenggorokan Henry serasa tercekat,dadanya terasa sesak, kepalanya tiba-tiba terasa tertimpa benda berat. Henry berusaha menjelaskan masalahnya, namun peneror itu tak mau tahu. TINDAKAN = TANGGUNG JAWAB ! tegas peneror. Henry hanya bisa diam. Hari itu juga,semua terbongkar. Sang korban hanya dapat membendung tangis. Dan Henry pun menyesal. Timbal dari tindakannya itu, ia harus kembalikan itu sesuai awalnya.