Suasana kelas tampak tenang dan terkendali, semua masih
dengan tenang duduk di bangku mereka masing – masing dan mendengarkan
penjelasan guru, hingga terdengar microfon diketuk dari tengah pengeras suara
yang tertempel tepat ditengah atas dari pandangan anak-anak.
Sekilas suara “ehem” keluar dari pengeras suara tersebut.
“Henry” begitu ia sering di panggil mengenali suara itu. Suasana hatinya tak
lagi setenang beberapa menit lalu. Tubuhnya. Tubuhnya gugup dan tegang begitu
mendengar suara dari pengeras suara tersebut yang seakan memberi suatu
pengumuman. Ia semakin tegang ketika pengumuman tersebut adalah pengumuan
pemanggilan siswa. Dan ketegangannya memuncak ketika ternyata ialah orang yang
disebut.
“Dimohon kepada ananda Henry suswanto untuk datang ke
ruang BP pada saat istirahat pertama,Terima kasih.” Begitu kata terakhir si
pemegang microfon tersebut. Nyalinya menciut,menciut sekecil mungkin,semungil
mungkin. Tuhan! Rasanya ingin berteriak,namun semua tertahan,pikir Henry.
Apakah benar si pemegang microfon itu sudah tau akan
kelakuannya tempo hari. Habislah aku. Pikir Henry canggung. “What should I
do?”, lanjutnya. Ia benar-benar takut berhadapan dengan hal ini. Ia ingin
membuang hal ini jauh-jauh dari pikirannya. Namun entah mengapa,semakin
mendalam saja ingatanya akan ini.
*** ***
Oh Tuhan, selamatkan aku. Pikirnya lega. Pada saat
istirahat pertama, ia penuhi panggilan itu. Dengan gemetar dan peluh di sana
sini, ia berjalan menyusuri lorong sekolah yang ramai menuju ruang BP.
Diketuknya dengan kikuk pintu bercat coklat itu,dan tanggapan dari dalampun
muncul.
“Silahkan masuk!” Henry membuka pintu dan melangkah
masuk bersama sekantong penuh keraguannya. Senyum simpul kecil dibibir guru
ini, seakan berkata selamat datang. “Silahkan duduk!” utusnya. Henry duduk
dengan berat hati. Ia menggigit bibir bawahnya, ia benar-benar takut. Setelah
semua pikiran-pikirannya seakan menjadi badai di otaknya. Guru tersebut pun
buka mulut.”Henry Suswanto,kemana orang tuamu?” tanya sang
guru.”...em..mmm...orang tua..saya..bekerja,bu.”jawab Henry dengan gugup. ”Apa
pekerjaan orang tuamu?”lanjut guru itu.” A...ayah kuli bangunan,Ibu....seorang
buruh pabrik bu.”tukas Henry. Apa sebenarnya mau guru ini?,pikir Henry.
“Jadi,itu sebabnya mereka tidak mengambil raport mu hingga saat ini?”sambung
guru itu. ” Iya bu,beliau berdua tidak bisa meninggalkan pekerjaan.Agar uang
hasil tidak hilang.”jawab Henry dengan lirih dan mata yang berkaca-kaca.Guru
itu mengerti. Lalu,raport itu diserahkan kepada Henry dan guru itu bangga
padanya,karena nilai Henry cukup memuaskan. Henry pun keuar dengan wajah lega.
*** ***
Bel tanda pulang sekolahpun berbunyi,semua anak
berhamburan keluar kelas untuk pulang. Lia, teman Henry menanyakan pertemuan
tadi antara Henry dengan guru itu. ”
Tidak ada yang perlu ditakutkan untuk saat ini”,tukas Henry. Lia merasa
lega,namun ia takut kejadian tempo hari terungkap real and common,bagaimana nasib Henry nanti?. Karena tempo hari ada
yang melihat kejadian itu. Kejadian yang buruk itu.”Oh Tuhan, lindungi Henry.
Selamatkan ia, jika engkau ingin mengungkap perkara ini,ungkaplah dengan baik.
Buatlah mereka mengerti akan penjelasan dari perkara ini.”doa si Lia.
Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari
pun berlalu. Masalah Henry makin rumit saja dengan datangnya peneror misterius.
Peneror ini tiap hari melayangkan surat kepada Henry, yang isinya adalah
ancaman. Lia hanya bisa menghibur Henry. Andai Henry tau siapa peneror itu,
pasti ia akan datanginya dan jelaskan semua. Namun,terjadikah??
*** ***
MAAFKAN AKU IBU !!
Hari itu,peneror itu akan mengungkap identitasnya.
Henry penuhi undangan peneror itu. Begitu tau siapa dia, tenggorokan Henry
serasa tercekat,dadanya terasa sesak, kepalanya tiba-tiba terasa tertimpa benda
berat. Henry berusaha menjelaskan masalahnya, namun peneror itu tak mau tahu.
TINDAKAN = TANGGUNG JAWAB ! tegas peneror. Henry hanya bisa diam. Hari itu
juga,semua terbongkar. Sang korban hanya dapat membendung tangis. Dan Henry pun
menyesal. Timbal dari tindakannya itu, ia harus kembalikan itu sesuai awalnya.